Rabu, 21 Desember 2011

Pengusaha dan Kegagalan


Tidak pernah ada pengusaha yang tidak pernah gagal. Seperti tidak pernah ada bayi merangkat yang tidak pernah jatuh. Gagal adalah satu kepastian, hanya saja beragam cara orang mendefinisikan kegagalan. Ada orang yang sangat ketat pada target mendefinisikan gagal jika target keuntungan tidak tercapai, ada juga orang yang mendefinisikan kegagalan adalah kondisi dimana dia berada pada titik paling rendah dalam bisnis, bahkan sampai kegagalan dimaknai sebagai susah makan, dikejar-kejar colector, tidak enak tidur tidak enak makan dan definisi gagal yang lain. Tetapi pada hakekatnya setiap orang pasti pernah mendefinisikan dirinya berada pada kegagalan.
Di samping bertemu dengan pengusaha sukses, Saya juga banyak bertemu dengan pengusaha yang sedang dicoba untuk gagal dan pengusaha yang telah merasa gagal dalam hidupnya. Dari pertemuan dengan mereka, ada tiga  klasifikasi pengusaha yang umumnya dijumpai. Tiga klasifikasi pengusaha tersebut adalah :
1.      Pengusaha yang cepat bangkit dari kegagalannya.
Pengusaha yang demikian adalah salah satu calon pengusaha sukses, dia memiliki kriteria untuk sukses seperti kharakter pengusaha sukses yang telah disebutkan di atas. Kegagalan bagi dirinya adalah motivasi untuk menjadi berhasil, kegagalan terjadi karena ada kesalahan yang diperbuat, dia tidak akan mengulang kesalahanya lagi. Dan dia akan lebih mengoptimalkan lagi semua sumber daya yang dia miliki. Bagi dirinya kegagalan adalah ujian kehidupan dan hanya proses kehidupan yang harus dia lalui, baginya satu prinsip bahwa setiap kesulitan ada kemudahan dibaliknya, baginya setelah kesulitan terdapat kemudahan. 
2.      Pengusaha yang lama bangkit dari kegagalannya
Pengusaha yang demikian tidak tertutup kemungkinannya untuk sukses. Tidak sedikit pengusaha yang kehilangan motivasi karena kegagalannya. Keberhasilannya sebagai pengusaha pada awalnya membutakan dirinya untuk menjadi lebih baik, sehingga pada saat dia gagal mindset negatif hinggap lama sekali dalam dirinya. Bisa jadi kegagalan bisnis berimbas pada kehidupan rumah tangganya. Dari hasil riset Saya, tidak sedikit pengusaha yang terpisah dari keluarganya (bercerai) karena penurunan income keluarga, mereka gagal pada saat-saat krusial, pada saat mereka harus menyediakan pendidikan bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, bayangan kegagalan teman-temannya akan menginspirasinya untuk lebih cepat berhasil dan bangkit lagi untuk membahagiakan anggota keluarganya. Biasanya kesadaran untuk bangun kembali datang terlambat setelah dirinya menemukan kesulitan-kesulitan yang semakin menjadi-jadi.
3.      Pengusaha yang gagal
Tidak semua pengusaha bisa sukses dan mampu belajar dari kesalahannya, ada pengusaha yang akhirnya patah arang sehingga tidak bisa mengoptimalkan kemampuannya. Tidak sedikit pengusaha yang jatuh karena melakukan hal yang jelas-jelas salah. Dia tahu jika boros itu salah, dia tahu jika menipu itu salah, dia tahu jika berbohong itu salah, dia juga tahu jika korupsi dan mark up itu salah, tetapi dalam dia tetap melakukannya. Saya teringat dengan salah satu pesan penting motivator handal di Indonesia yang tidak lain adalah Mario Teguh, beliau mengatakan untuk tidak melakukan hal-hal yang jelas-jelas salah, karena perihal yang sudah jelas tingkat kesalahannya adalah perbuatan dosa. Tidak sedikit orang yang tahu jika suatu perbuatan dosa dan tidak boleh dilakukan, tetapi dia nekat melakukannya. Setelah dia gagal, dia merasa terhukum oleh perbuatannya dan menjauh dari komunitasnya.
Dari hasil catatan saya pengusaha yang gagal memiliki karakter negatif dan bertentangan dengan karakter positif yang dimiliki oleh pengusaha sukses, berikut ini adalah karakter pengusaha gagal yang harus dihindari :
1.      Visi dan Misi Kabur.
Setelah kegagalan yang mungkin datangnya secara beruntun, visi dan misinya untuk menjadi lebih baik terkubur dalam-dalam. Kehidupannya diisi dengan kebiasaan yang tidak positif, aktifitas kesehariannya tidak lagi menunjukkan visi ke depan, aktifitasnya tidak memiliki kualitas untuk maju. Dia jenuh dengan aktifitasnya sendiri, dia lupa bahwa kemudahan akan datang dengan terus berjalan. Dia menghukum dirinya sendiri bahwa dia ditakdirkan untuk gagal dan tidak mungkin untuk berhasil
2.      Hilangnya Kepercayaan Diri.
Kebiasaanya menjadi orang sukses yang senantiasa dihormati orang, menjadikan dirinya minder dan hilang arah. Bisa jadi karena saat jadi orang sukses dia lupa cara menghormati orang lain, saat sukses dia memperlakukan orang gagal dengan sebelah mata. Dia beranggapan semua orang sukses seperti dirinya waktu itu. Kemudian dia menghilang dari komunitasnya, bisa jadi karena mungkin dia telah sengaja menipu, membohongi, tidak berkomitmen dan melakukan dosa-dosa lainnya.
3.      Tidak ada target.
Pengusaha yang gagal ternyata tidak memiliki target yang pasti terhadap apa yang dikerjakannya. Dia selalu berharap pada keberuntungan semata. Jika keberuntungan tidak segera datang dia berpikir inilah yang memang menjadi hal saya.
4.      Penjudi.
Pengambilan resiko yang terlalu berlebihan hingga tidak ingat potensi yang dia miliki bisa membuat pengusaha terkubur dalam-dalam. Tidak sedikit pengusaha yang mengambil langkah cepat dan melupakan kaidah-kaidah yang seharusnya dilakukan, risiko besar yang diambilnya seperti hutang bank dengan jumlah tinggi dan menikmatinya bukan untuk investasi tetapi untuk konsumsi bisa berakibat fatal dalam hidupnya. Bisa jadi dia kehilangan rumahnya yangdia jadikan sebagai jaminan, atau bisa jadi dia kehilangan keluarganya karena sudah tidak percaya lagi.
5.      Mindset Negatif.
Pengusaha yang sedang gagal terkadang memiliki sikap antipati terhadap sikap-sikap dan mindset positif. Dia merasa dirinya tidak akan pernah bisa melakukan hal-hal besar dan lebih bermanfaat.
6.      Imitasi dan latah.
Banyak pengusaha yang hanya ikut-ikutan dalam mengembangkan bisnisnya, salah satu ada yang sukses bisnis warnet, yang lain menyusul dengan bisnis warnet dengan metode yang sama, satu pengusaha sukses bisnis seluler yang lain mengikuti. Bisnis yang tidak memiliki diferensiasi yang tinggi tidak memiliki kemungkinan besar untuk tumbuh lebih besar.
7.      Redupnya Nilai Spiritualitas, Nilai spiritualitas yang tinggi akan mampu membangkitkan jiwa-jiwa yang terkoyak akibat kegagalan. Tidak semua orang bisa kembali pada Jalan Tuhan saat dirinya merasa gagal. Tidak sedikit orang justru terjebak dalam kemaksiatan seperti konsumsi narkoba, selingkuh, berjudi dan menghilangnya rasa syukur pada Penguasa Langit.

Kegagalan adalah keniscayaan yang pasti terjadi dalam menekuni bidang usaha, hanya saja sikap mental dalam menghadapi kegagalan merupakan faktor kunci bangkitnya pengusaha menjadi lebih sukses. Pada akhirnya kepasyarahan dan meningkatnya nilai spiritual sangat membantu untuk bangkit lagi pada setiap kejatuhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar