Rabu, 27 Juni 2012


Workshop Bisnis Retail Nasional



Gambaran Pelatihan



Pelatihan hasil kerjasama antara Koperasi Konstitusi (Koperasi Mahkamah Konstitusi) dengan Pesantren Bisnis. Pelatihan ini akan sangat bermanfaat baik bagi :

1)      Perseorangan yang ingin memiliki usaha yang profitable dan sustainable.

2)      PNS/Karyawan yang ingin punya usaha atau sedang mempersiapkan pensiunnya.

3)      Koperasi yang ingin investasi di bidang retail.

4)      KOPMA/Kopantren/Koperasi Pemuda yang ingin menggerakan sektor riil.

5)      Manajemen toko/minimarket yang tengah bersaing dengan bisnis waralaba.



Pelatihan ini didesign dengan metode interaktif dengan peserta terbatas (maksimal 25 peserta setiap angkatan). Dengan pemateri yang handal praktisi dan konsultan retail.



Pemateri :



Larto Desworo
1)      Ketua Koperasi Mahasiswa Unsoed 1997/1998.
2)      Pendiri Swalayan Boersa Kampus Purwokerto 1999-2002
3)      Pembantu Direktur II dan Dosen Politeknik Pusmanu Pekalongan
4)      Direktur Operasional dan Dosen STIE Gici Business School Jakarta
5)      Manajer Koperasi Konstitusi
6)      Konsultan Bisnis retail dan Dosen di beberapa PTS.

Adri Syahrizal
1)      Praktisi dan Konsultan Bisnis Retail Nasional tinggal di Jogja.
2)      Kepala Lapenkop Jogja
3)      Business ownr Lepasend (Ol Shop)



Pelaksanaan :

Angkatan Pertama          : Sabtu, 7 Juli 2012

Angkatan Kedua               : Sabtu, 15 Juli 2012



Investasi Peserta : Rp 1.500.000,00

15 Pendafar Pertama Rp 750.000,00
Pendaftar 16-30          Rp 1.000.000,00
Pendaftar 31-50          Rp 750.000,00

Fasilitas peserta : Konsumsi selama acara, materi, Konsultasi gratis 1 bulan setelah acara, hotel 1 hari berikut antar jemput peserta. 



Materi pelatihan :
1)      Membangun toko/minimarket dari kecil.
2)      Teknik meningkatkan penjualan
3)      Teknik pengelolaan SDM
4)      Manajemen Keuangan Toko/Minimarket
5)      Diskusi Interaktif
Tempat : Rumah Makan Riung Sari Lantai III
Jl Juanda Raya No. 8 Jakarta Pusat

Acara : 09.00-17.00 WIB





Untuk keikutsertaan hubungi :

Koperasi Mahkamah Konstitusi RI

Jl Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat


Telp. 021-2352 9000 ext. 18296

CP. Bapak Larto

HP. 085724 690690

Selasa, 28 Februari 2012

ONE DAY TRAINING
35 HARI JADI PENGUSAHA
SESION 1 : BE ENTREPRENEUR REVOLUTION

Apakah Anda Ingin Jadi PENGUSAHA/PEBISNIS?
SIAPA PUN ANDA PASTI BISA JADI PENGUSAHA
TANPA WAKTU LAMA 

  • Apakah anda mahasiswa yang ingin secepat kilat menjadi pengusaha?
  • Apakah anda karyawan yang tanpa meninggalkan pekerjaan BISA menjadi pengusaha?
  • APAKAH Anda Ibu rumah tangga, dan ingin menjadi pengusaha?
  • Apakah anda pengangguran intelektual dan ingin jadi pengusaha?
  • Apakah anda sudah punya usaha tetapi tidak berkembang?
  • Apakah anda masih bingung menentukan usaha yang dijalankan?
  • Apakah anda sedang bangkrut dan terlilit hutang, dan ingin segera terbebas dari hutang Anda?

Anda sedang menemukan informasi yang benar untuk menjadi lebih maju dan sukses

Pelatihan sehari ini dikemas dengan suasana menarik dan atraktif. Dengan pendekatan spiritual dan managerial peserta diberikan materi yang menggugah semangat bisnis, lalu ditunjukkan cara singkat menjadi pengusaha. 35 HARI JADI PENGUSAHA. Siapa pun anda Bisa!

Pelatihan sehari ini terbuka bagi calon-calon pengusaha dari berbagai wilayah di Indonesia. Pemateri adalah : 
  •  Nuruci FirmansyahPengusaha sukses dari Subang, Pendiri Pesantren Bisnis dan Aktif di banyak yayasan sosial

  •       Larto Desworo      Manager Koperasi Mahkamah Konstitusi
          Pengisi acara talk show bisnis di beberapa radio, Pengusaha, Dosen, Konsultan Bisnis,, Direktur Pesantren Bisnis dan Mantan Direktur Operasional STIE GICI Depok)


Materi :
1.      Teknik memulai bisnis tanpa modal dan menjalin mitra bisnis
2.      Teknik ampuh spiritual kembangkan bisnis
3.      Teknik membangun bisnis kemitraan
4.      Teknik bekerja plus jadi pengusaha
5.      Langkah 35 Hari Jadi Pengusaha


Tempat
Wisma Diklat Koperasi Jaya Mulia Bersama, Jl Indojati No. 9 Bintaro Jakarta Selatan

Pelaksanaan   :
Angkatan 1      : Kamis, 22 Maret 2012
Angkatan 2      : Kamis, 29 Maret 2012
Waktu              : 10.00-17.00 WIB
Fasilitas           : Materi, Sertifikat, Peluang Bisnis, disediakan penginapan bagi peserta luar kota, konsultasi dan kemitraan bisnis, Konsumsi makan besar dan Snack.

Investasi         Rp 475.000,-
Pembayaran sebelum tanggal 10 Maret 2012 Rp 375.000,-

Pendaftaran :
Pendaftaran dapat menghubungi sdr :
1.     Melalui HP : Intan 081808505686, Titik 085693960796, Fitri 08999955414, Joko 089657762606, Tulus 087721110553
2.     Melalui telepon kantor 021- 7340302
3.     Melalui email : pengusahacakep@yahoo.co.id
4.     Melalui website : www.pesantrenbisnis.org


Biaya dapat ditransfer melalui rekening di bawah ini :
Rek BNI           0211439313
BCA                 0460976286
Mandiri           1570003133676

Rabu, 21 Desember 2011

Artikel Terbaru (By Larto Desworo)


Mengapa Bisnis Kebanyakan Jatuh




Mohon maaf, sekali lagi mohon maaf. Mengapa saya perlu meminta maaf? Karena barangkali pendapat saya ini bertentangan dengan pakem yang sudah ada. Pakem bisnis yang banyak diyakini masyarakat bisnis kita, tidak lain adalah “Berhutanglah!”. Pakem ini saya jalani sampai dengan tahun 2010 dan saya menyatakan bahwa pakem ini salah besar.
Prinsip berhutang tentunya bisa jadi baik tetapi bisa jadi buruk, tetapi secara ekstrim saya katakan.”Jangan berhutang!”. Pada pembahasan-pembahasan berikutnya nanti akan kita bahas apa yang dimaksud tidak boleh berhutang. Sebelum berkeyakinan untuk menuliskan buku ini, saya berpikir panjang apakah perlu menuliskan pengalaman pribadi juga pengalaman teman-teman mitra bisnis yang gagal total karena terjerat hutang.
Tetapi sebelumnya saya ingin perkenalkan diri, nama Larto Desworo. Ini bukan nama asli saya, tetapi saya sering menggunakan nama ini jika diberikan kesempatan untuk mengisi acara seminar dan pelatihan bisnis di banyak tempat di seluruh Indonesia. Beberapa pulau telah saya singgahi dalam perjalanan menjadi pemateri seminar dan pelatihan bisnis maupun dalam kepentingan bisnis.
Kegagalan bisnis. Ya. Kegagalan bisnis bisa menemui kita bahkan seperti hantu di siang bolong. Kita tidak sadar bahwa bisnis yang kita jalani seperti menemui jalan buntu. Kesana mentok kesini mentok. Tidur susah dan makan minum juga tidak enak. Sebagai pengusaha terkadang saat seperti ini kita tidak berharga lagi. Celakanya kegagalan bisnis biasanya ditemani dengan teman setia yang tidak kita kehendaki yang tidak lain adalah jeratan hutang. Waduh pusingnya bukan main.
Saya tidak tahu apakah pembaca pernah mengalaminya atau tidak tetapi saya berharap pembaca tidak mengalami  apa yang pernah saya alami beberapa waktu yang lalu. Singkat cerita menanggung kegagalan bisnis itu pusingnya luar biasa. Malah saya pernah mendengar pernah ada yang bunuh diri karena mengalami kebangkrutan. Untungnya saya tidak melakukannya (just kiding). Tentunya pusing tujuh keliling, makan tak enak tidur tak nyenyak, itulah saat bisnis kita jatuh.
Persis seminggu sebelum buku ini saya tulis saya mendapat cerita dari mitra bisnis saya yang kebetulan adik kelas saya di kuliah dulu. Inti ceritanya Dia ini sedang sadar kalau ternyata yang dilakukannya telah salah langkah. Ceritanya Dia membangun bisnis di banyak hal, pokoknya semua bisnis diikutinnya dan ujung-ujungnya rumah dan pekarangan yang merupakan harta keluarga dijadikan jaminan hutang bank. Apa yang terjadi?
Adik kelas saya ini sedang pusing tujuh keliling karena kedatangan tamu kolektor setiap hari. Bahkan ibunya sampai trauma dengan suara motor yang berhenti di depan rumah. “Waduh..jangan-jangan kolektor lagi”, kata ibunya dalam hati. Hati dan perasaan adik kelas saya ini hampir menangis setiap saat jika melihat kolektor datang dan ibunya menangis karena dia masih belum bisa membayar angsuran bulanan.

Jebakan Hutang

Inti yang sedang saya bicarakan ini tidak lain penyebab kegagalan bisnis adalah hutang. Masih meneruskan cerita saya pada kasus adik kelas saya. Saya bertanya padanya,” Mas...bisnis apa yang kamu jalani kok sampai bisa utang sebanyak itu?”. “Bisnis photografi, even organizer, kuliner dan masih ada beberapa lagi Mas”, jawabnya pada saya.
Singkat cerita adik kelas saya ini menyimpulkan bahwa sebenarnya bisnisnya enggak salah, yang salah adalah cara mengelola bisnisnya yang semua dananya didanai dari hutang. Dari cerita adik kelas ini hutang yang dia tanggung semuanya dari 2 bank Rp 250 juta sedang angsurannya Rp 7,5 juta perbulan selama 3 tahun.
Diskusi tetap berlanjut sampai berjam-jam, kebetulan adik kelas yang satu ini pernah dapat materi dari saya yang pada intinya bisnis jangan mengandalkan hutang tetapi andalkan bisnisnya itu sendiri biar berjalan dulu. Dari ceritanya ternyata uang Rp 250 juta itu dibuat untuk beli kamera dan peralatan fotografi, modal bisnis kuliner, dan hanya menyisakan sedikit uang kas.
Lalu dapat darimana ilmu berhutang itu?
Dia mendapatkannya dari berbagai kesempatan pelatihan dan seminar bisnis bahwa berhutang itu mulia. Ya. Hutang itu mulia jika kita sanggup untuk membayarnya. Tetapi jika terlampau banyak hutang  dan bisnis masih belum berjalan baik yang ada malah pusing, apalagi bagi yang sudah berumah tangga (untung adik saya ini belum berumah tangga).
Saya dulu pernah mengatakan padanya, bisnis dulu saja jangan berhutang dulu. Tetapi karena ada sosok yang kuat dan ada institusi pembelajaran yang cukup ternama yang mengajarkan hutang, hutang dan hutang. Jadilah lupa segalanya. Dianggapnya uang mampu menyelesaikan segalanya. Bisnis yang penting bukan modalnya dulu tetapi bisnisnya dulu. Ini cerita pertama pada adik kelas waktu kuliah dulu di Purwokerto.
Cerita selanjutnya, kasus jebakan hutang yang terjadi pada teman-teman saya, pengusaha muda di Solo. Saya menyebut teman-teman karena kebetulan yang sedang bermasalah dengan jebakan hutang ini ada 4 orang. Selain pebisnis, mereka yang saya sebut teman-teman di Solo ini adalah motivator bisnis yang selalu menyuarakan pentingnya uang kas di awal bahkan sebelum bisnisnya berjalan. Dan tidak lain di dapat dari berhutang.
Sekitar 4 bulan lalu, saya terkejut mendengar 3 teman saya ini jatuh bisnisnya dan menangung hutang yang bahkan besarnya sampai beberapa Miliar dari hasil top up KPR. Apa maksudnya top up KPR?
Jadi teman saya ini membeli rumah dengan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dari salah satu bank. Misalnya tahun 2008 dia membeli rumah seharga Rp 500 juta, dengan DP 100 juta. Kemudian setelah berjalan lebih dari 1 tahun rumah tersebut di KPR lagi dengan menaikkan kreditnya menjadi 800 juta. Maka pada saat top up itu dilakukan teman saya ini dapat uang kas yang jumlahnya lumayan besar. Dan itulah hutang bank. Yang mau tidak mau harus dibayar. Awalnya dia menyimpan uang itu sebagian untuk cicilan perbulannya, tapi ternyata karena banyak bisnis yang dijalankan dan banyak yang gagal, akhirnya hutangnya menumpuk dan selalu gagal bayar.
Pertanyaannya, berati manajemen pengelolaan hutangnya jelek dong?
Ya jelek. Tepati lebih jelek lagi karena hutang ditutup dengan hutang dan hutang lagi dan hutang lagi dan hutang lagi. Kalau begitu, saat mulai bisnis hindari dulu berhutang. Apalagi hutang yang besar yang tidak mampu ditutup dengan besaran bisnis yang sedang kita bangun.
Kata-kata motivasi, jika ada masalah pasti ada jalan kelar bukannya tidak benar. Tetapi lebih baik membangun bisnisnya dulu dan hindari hutang karena saat membangun bisnis yang paling penting adalah membuat bisnis berjalan dengan baik terlebih dulu. Ini yang sangat penting.
Cerita kegagalan bisnis karena hutang bukan hanya saya terima dari teman di Solo dan Purwokerto. Tetapi juga teman-teman bisnis di Jakarta, Bandung, Makasar dan hampir di seluruh Indonesia di mana pernah saya bertemu dengannya. Jika bercerita tentang kegagalan bisnis pasti ceritanya tidak lepas dari menangung jeratan hutang.  
Menurut saya, provokasi terhadapt perlunya hutang pada setiap mengawali bisnis harus diberikan juga risiko-risiko yang mungkin timbul jika salah kelola bisnisnya. Semua orang akan lupa daratan jika awalnya tidak memegang uang lalu pegang uang banyak. Bisa jadi larinya uang tidak semuanya ke bisnis atau peruntukkannya. Ya. Itulah godaan uang.
Pembaca mungkin ada yang bertanya, seumuran berapakah teman-teman saya yang sedang gagal ini? Mereka rata-rata berumur antara 20 – 35 tahun. Rata-rata mereka baru memulai bisnis setelah lulus kuliah, setelah berhenti kerja atau memang setelah lama menganggur. Tanpa ilmu yang cukup di bisnis karena provokasi yang berlebihan mereka tergiur hutang dengan menjaminkan apa yang dia punya. Karena bisnis baru berjalan dan sudah menanggung hutang, risiko yang sangat tidak diharapkan pun terjadi.

Lalu jebakan apa yang terjadi selanjutnya setelah terjerat hutang?
Cerita nyata yang dialami teman-teman dan bahkan jujur pernah saya alami. Pada waktu terjerat hutang saatnya harus diangsur, maka mau tidak mau langkah pertama untuk mempertahankan diri adalah gali lubang alias hutang lagi. Lalu hutang ini diarahkan pada orang-orang yang kita kenal. Agar diberikan pinjaman untuk menutup angsuran akhirnya kita juga menyertainya dengan janji akan dikembalikan secepatnya, misalnya janji kita satu atau dua minggu.
Lalu apakah dalam satu atau dua minggu kita dapat uang untuk mengembalikan? Jangankan mikir cari uang untuk mengembalikan utang pada teman dekat tadi, angsuran yang nunggak saja mungkin belum semua kita bayarkan, akhirnya yang terjadi jatuh tempo hutang kita pada teman disertai jatuh tempo hutang sebelumnya. Dan bisa jadi kita cari teman, saudara atau siapa saja yang dikenal untuk dipinjami lagi. Alih-alih permasalahan selesai yang ada caci maki dari teman, saudara dan kolektor pun tetap datang.
Pertanyaan selanjutnya, kita mau menjalankan bisnis atau mau melunasi hutang? Saran saya pada teman-teman yang terjerat hutang, jangan lagi berhutang pada teman, saudara atau siapa saja yang dikenal. Langkah cerdasnya adalah fokus pada bisnis yang ditekuni yang bisa menghasilkan uang. Dan jangan sekali-kali berhutang lagi pada teman, saudara atau relasi bisnis. Karena jika ini yang terjadi reputasi bisnis kita bisa hancur lebur. Jika jebakan hutang telanjur terjadi maka langkahnya adalah menyelesaikannya dengan produktifitas bukan dengan hutang lagi.
Mengapa saya harus membukukan pemikiran ini?
Karena saya tidak ingin banyak orang terjerat hutang yang membuat hidupnya terasa berat. Belum lagi jika yang berhutang sudah berkeluarga (berstatus menikah), hutang yang tidak segera terselesaikan akan membawa pada petaka di rumah tangga. Rumah tangga bisa berantakan dan saling menyalahkan, kalau sudah begini bagaimana mau bisnis dengan manajemen yang baik, yang ada di rumah seperti di neraka dan di pekerjaan pun begitu. Sehingga sangat beralasan jika pada akhirnya saya harus menuliskan pendapat saya tentang bisnis tanpa hutang.
Dari kacamata agama pun hutang memiliki banyak konsekuensi, hutang yang tidak bisa diselesaikan oleh orang tertentu bahkan sampai mati pun akan tetap menjadi tanggungan bahkan oleh ahli warisnya. Jika ada orang meninggal dunia selalu dikatakan di dalam prosesi pemakaman apakah orang yang telah meninggal tadi memiliki tanggungan hutang atau tidak? Jika memiliki tanggungan hutang silakan menghubungi ahli warisnya. Bahkan dalam keyakinan muslim hutang akan menghapus sebagian amal yang telah diperbuatnya semasa hidupnya untuk membayar hutang yang masih menjadi kewajiabannya (bahkan sampai dengan masa hidup setelah mati).
Pertanyaan mengapa banyak bisnis yang jatuh, salah satu jawabnnya adalah karena jebakan hutang. Oleh karena itu, kita harus hati-hati dalam menjalankan bisnis kita, jangan sampai kita lupa membuat bisnis kita berjalan karena salah arah dengan hutang yang telah kita buat sendiri.


Besar Pasak daripada Tiang
Setelah jebakan hutang, apalagi yang membuat bisnis banyak yang jatuh? Ternyata banyak dari kita belum bisa mengukur berapa pendapatan kita sebenarnya dan berapa yang harus dikeluarkan. Ya. Inilah jebakan klasik yang membuat kita gagal dalam bisnis yang kita geluti.
Masa muda merupakan masa di mana hasrat dan keinginan sangat besar. Masa di mana eksistensi harus diakui oleh banyak orang. Tidak boleh sukses sedikit lalu kebanyakan lupa daratan. Kalau sudah begitu pengeluaran kadang tidak terkontrol untuk hal-hal yang kurang perlu. Pengeluaran akhirnya tidak melihat pada pemasukan bisnisnya sudah banyak atau belum. Akhirnya orang ingin tampil wah di depan banyak orang.
Begitu juga banyak keluarga muda bisnisnya berantakan, karena salah satu pasangan mengendaki beli mobil padahal bisnis belum berjalan. Akhirmya mobil pun dibeli dengan cicilan per bulan. DP mobil diambil dari uang yang harusnya bisa menjadi tambahan modal kerja. Jadi akhirnya saat beli mobil kredit, kita rugi dua kali. Rugi pertama karena harusnya modal uang tidak diambil untuk DP dan rugi kedua setiap bulan mencicil mobil yang harusnya angurannya bisa untuk menambah modal. Beli mobil atau kendaraan yang bagus sebetulnya boleh dan tidak menjadi persoalan jika bisnis memang sudah dihitung dan bisa membiayai angsuran perbulannya.
Dari hasil ngobrol dengan beberapa teman pengusaha, sampailah pada kesimpulan saat kita baru memulai bisnis yang ada dihitungan kita cuma untung dan untung. Jarang sekali berpikir bagaimana mengelola risiko yang muncul. Ini berakibat pada pengeluaran yang tidak terkontrol. Pengin beli mobil beli dengan mencicil, pengin beli kulkas baru beli dengan mencicil, pengin beli motor lagi beli dengan mencicil belum lagi ditambah dengan angsuran KPR rumah atau pinjaman lain yang sudah ada sebelumnya. Akhirnya besar pasak daripada tiang.
Kalo sudah begitu konsentrasi di pekerjaan hilang karena pikiran kita hanya tertuju pada bagaimana cara mendapatkan uang bukan pada proses membesarkan bisnis. Tunggu sebentar! Kita hanya fokus pada cara mendapatkan uang dan bukan pada membesarkan bisnis artinya kita melupakan cara-cara menyehatkan manajemen bisnis, karena uang terambil banyak untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang sebetulnya kontraproduktif terhadap membaiknya sistem bisnis kita.
Jebakan pengeluaran lebih besar dari pemasukan ini umumnya terjadi pada bisnis-bisnis yang uangnya tidak dipisahkan antara uang bisnis dan uang keluarga. Saran saya, kita memang harus membedakan antara uang untuk bisnis dan uang pribadi. Dengan kita membuat hitungan dan mencatatnya secara tertib, maka persoalan ini akan mampu di atasi. Tentunya dengan menerapkan disiplin cukup tinggi.


Nafsu Besar Tenaga Kurang
Lalu berikutnya apa yang membuat bisnis kita bisa terhempas?
Banyak dari pengusaha baru yang salah mengukur diri. Beberapa teman yang pernah gagal dalam bisnisnya bercerita tentang kegagalannya. Dia menceritakan suatu saat tergiur untuk memperbesar bisnisnya. Sebut saja bisnis bakso A rame di kota B. Bisnis bakso A baru dibuka di kota B berjalan 3 bulan, karena melihat keuntungan di kota B maka diputuskan bakso A dibuka di kota C dan D. Pikirnya kalo di kota A mampu menghasilkan keuntungan sebesar 5 juta perbulan, maka dengan berdirinya bakso A di kota C dan D secara matematis keuntungan akan menjadi 15 juta.
Ya. Keuntungan akan menjadi 15 juta jika pasar dan kondisi di kota C dan D sama seperti di kota B. Ternyata apa terjadi?
Bisnis baksonya tamat.
Mengapa?
Karena keputusan investasi di kota  C dan D ternyata salah. Pada bulan ke-4 bakso di kota B ternyata tidak ramai lagi, pada waktu tiga bulan pertama ramai ternyata orang hanya mencoba tempat baru karena imbas promosi yang dilakukan oleh pengusaha ini. Di bulan ke -4 bakso di kota B sepi dan pengunjung banyak berkurang sementara pada bulan ke-4 membuka bakso baru di kota C dan D. Saat itu manajemen kacau karena di kota B bakso sepi dan tombok terus. Konsentrasi di kota C dan D pun menurun, karena manajemen stress dan belum berpengalaman menangani bisnis ini, akhirnya semua gagal total.
Masih banyak cerita kegagalan bisnis karena salah ukur kekuatan manajemen.  Contoh lagi, sebut saja terjadi pada bisnis penjualan produk. Penjualan produk consumer goods di salah satu kota sudah mulai bagus. Belum lagi pasar di kota tersebut mapan manajemen membuat gebrakan bisnis dengan memperluas area pemasaran. Bertambahnya arean pemasaran tentunya akan menambah pembiayaan manajemen. Lalu apa yang terjadi?
Bisnis ini menurun,  lalu menurun dan akhirnya tamat.
Lalu pertanyaannnya? Kapan manajemen membuat keputusan untuk memperluas dan melabarkan bisnisnya. Faktor-faktor penting seperti modal, pengalaman, SDM yang berkualitas, kesamaan pola konsumsi dan pertimbangan pasar lain harus diukur betul, sehingga keinginan yang besar didukung oleh kekuatan yang besar pula.



Rumput Tetangga Lebih Hijau
Sudah beberapa sebab kegagalan bisnis kita bicarakan. Lalu apa lagi?
Ya. Rumput tetangga terlihat lebih hijau.
Maksudnya?
Pengusaha pemula seringnya masih tergiur bisnis yang dijalankan temannya. Sudah punya bisnis kuliner lalu bagus lalu masuk ke bisnis property, kata orang bisnis property sedang bagus. Ya. Apa salah?
Tentu tidak salah kalau pertimbangannya tidak emosional. Kembali pada pokok cerita, banyak dari kita pengusaha seringnya membandingkan keuntungan yang kita peroleh dengan keuntungan teman kita. Kita sudah bisnis kuliner bagus untuk ukuran bisnis kuliner, lalu terjebak bisnis property misalnya.
Awalnya kita tanya-tanya ,”Gimana bisnismu teman?”. Tentu dijawabnya baik. Lalu terjadilah obrolan yang serius, karena menilai bisnis teman keuntungannya bagus lalu dia diminta untuk menambah investasi temannya dengan harapan dia mendapatkan keuntungan lebih.
Disinilah kadang muncul masalah, karena ternyata bisnis temannya tidak sebaik yang diceritakan. Karena uang sudah telanjur ditanamkan untuk investasi temennya jadilah rasa kcewa karena ternyata keuntungan yang diceritakan temannya tadi ternyata tidak benar. Nha lho...
Kejadian ini sangat sering terjadi pada lingungan bisnis kita, imbasnya selain hubungan pertemanan terganggu bisnis inti yang dikelolanya malah justru tidak berjalan dengan baik. Apalagi jika yang diinvestasikan besar jumlahnya. Ada satu cerita yang membuat kita harus belajar pada soal ini. Teman saya di Solo sebut saja Mr. B sudah memiliki bisnis bimbingan test yang cukup baik walaupun baru berjalan belum selama bimbingan test lain yang sudah mapan.
Suatu saat teman saya ini bertemu dengan orang yang memberikan penawaran investasi yang berbunga atau menghasilkan 10 % dari setiap yang diinvestasikan. Akhirnya karena tergiur hasil 10% dia memberikan investasi Rp 100 juta. Janjinya uang itu akan bisa diambil kapan saja dan selama uang mengendap di investasi tersebut akan selalu dapat 10 %. Ternyata hanya 2 bulan saja uang yang 10 % itu terealisasi dan jumlah uang yang Rp 100 juta itu pun hilang.
Saran saya, memang kita harus berkonstrasi terlebih dahulu pada bisnis yang kita geluti sendiri. Jangan sampai tergiur bisnis orang lain yang belum tentu kita bisa menjalaninya. Karena bisnis tetap butuh proses untuk belajar.

Lemah Syahwat
Maaf istilah yang saya pakai lemah syahwat. Apa artinya?
Artinya kurang bergairah. Bisnis itu perlu antusiasme dan semangat untuk terus belajar. Terkadang saat bisnis kita sedikit maju  kita lupa belajar dan lupa mendengar. Lalu tiba-tiba masuklah pesaing yang lebih dari kita. Ya. Semangat untuk terus memajukan manajemen perlu dilakukan dengan memberikan training-training manajemen secara teratur pada karyawan.
Apalagi jika bisnis masih ditangani sendiri. Beberapa temen saya bercerita begini. “ Seandainya waktu itu saya cepat belajar dan tidak terbuai oleh rasa malas, mungkin usaha saya sudah sangat maju”. Memang penyesalan selalu datang terlambat.
Usaha yang kita tekuni harus menjadi prioritas kehidupan kita dan menjadi agenda dalam keseharian. Kita tidak boleh terjebak dalam hura-hura bersama teman-teman. Ada satu cerita menarik yang bisa disimak agar cerita teman saya ini tidak terjadi pada pembaca.
Teman saya memiliki lembaga pendidikan komputer yang cukup ternama pada awalnya, disamping menerima siswa juga menerima pesanan design dari klient-klient untuk pekerjaan multimedia. Namun karena udah merasa berjalan semua kegiatan manajemen tidak dikontrol. Tiap hari bangun siang lalu ke kantor setelah makan siang keluar lagi. Terus menerus terjadi begitu. Sampai akhirnya dia terkejut siswa yang mendaftar semakin  berkurang dan uang kas menipis.
Pesanan design juga molor dan tidak terselesaikan. Akhir dari masa emas pun berakhir karena di waktu yang sama muncul pesaing yang lebih baik dan lebih profesional. Lalu bisnisnya menurun, menurun dan lenyap tak berbekas. Tentunya ini tidak boleh terjadi pada pembaca sekalian.
Bisnis hancur bukan suatu yang mudah, hancurnya bisnis membawa pengaruh psikologis pada kita juga keluarga. Saat kehancuran bisnis terjadi yang diperlukan justru mengumpulkan kekuatan dan bukan larut dalam kesedihan yang tak berujung. Chapter 1 memberikan pelajaran pada kita, bahwa banyak faktor penyebab kegagalan bisnis. Dan kita harus menghindarinya.

Menakar Keberanian Mahasiswa Berwirausaha





Oleh: M. Arsad Dalimunte, SE. Ak.
Materi disampaikan pada Seminar Kewirausahaan di Fisip Unsoed, Purwokerto, 13 Nop 2010.


A.  Prolog


Terbersit Tanya mengapa Sang Penggagas terinspirasi untuk membuat agenda semacam ini dan kemudian menghadirkan saya. Sejujurnya ada beban yang luar biasa, bilamana kehadiran saya difahami mewakili orang yang sudah sukses. Karena sampai detik ini, saya masih berjuang mewujudkan apa yang disebut dengan “impian”. Mungkin lebih tepat kalau kehadiran saya disini mewakili orang yang bersemangat. Dengan demikian, apa yang saya bisa sampaikan pada forum ini adalah menularkan semangat dan sikap pantang menyerah, khususnya dalam menekuni dunia wirausaha yang identik dengan berburu di hutan belantara dan penuh dengan perjuangan berdarah-darah.


B.  Memaknai Wirausaha Dalam Perspektif Liar

Dalam banyak teori yang pernah saya baca dan denger, saya sepakat dengan pemahaman bahwa wirausaha adalah semangat untuk berbuat sesuatu yang berguna bagi dirinya dan syukur-syukur bagi orang lain. Karena ini masalah semangat, maka anda pun bebas mengartikan kata wirausaha, sepanjang mampu menyemangati anda untuk melakukan sesuatu.
Sekedar contoh, dalam rangka menyemangati diri sendiri, saya pun mencoba membentuk pemahaman sendiri tentang  wirausaha yaitu :
1.Memindahkan uang dari kantong orang ke kantong kita lewat cara yang disukai Tuhan atau syaitan (silahkan anda pilih dengan segala resiko yang mengikutinya)
2.Membahagiakan orang lain yang berimbas pada kebahagiaan sendiri.
3.Membantu orang lain lewat penciptaan kesempatan hidup bagi orang lain.
4.Karena membantu orang lain adalah sebuah kebaikan, maka wirausaha merupakan salah satu profesi yang memperbesar peluang anda ke sorga (sepanjang niat baik anda senantiasa terjaga).
Dari defenisi diatas, saya mencoba memandang wirausaha sebagai media strategis untuk melahirkan kebermaknaan bagi banyak orang dan sekaligus memberi manfaat nyata bagi diri pribadi. Membahagiakan orang lain adalah cara jitu yang saya yakini mendatangkan kebahagiaan pula untuk diri sendiri. Kebahagiaan pribadi dimaknai sebagai imbas yang diberikan Tuhan ketika ikhlas membahagiakan orang lain. Dengan demikian, wirausaha bukanlah terbatas pada perjuangan pengumpulan materi 7 (tujuh) turunan (kalau anda pencinta faham materialitas), tetapi juga sebagai salah satu cara menterjemahkan kesempatan hidup yang dipersembahkan Tuhan berikut alam semesta beserta isinya ke dalam tindakan penuh makna.  Bagaimana Dengan defenisi  Anda?

C.  Mengapa Wirausaha Cenderung Tidak di Sukai

Wirausaha (usaha mandiri) memang masih jarang dijadikan sebagai pilihan utama, khususnya bagi para sarjana. Hal ini bisa difahami dari beberapa pandangan berikut ini :
1. Mengandung resiko tinggi dengan tingkat probabilitas keberhasilan yang tidak bisa diukur. Hal ini berbeda nyata ketika anda menjadi karyawan/ti disebuah perusahaan swasta atau menjadi PNS, dimana hampir bisa dipastikan akan menikmati penghasilan tetap sesuai peraturan yang ada, kecuali perusahaan itu bangkrut dan atau anda di berhentikan.
2. Paradigma keluarga. Andai ditanyakan kepada semua orang tua yang menghadiri wisuda anaknya, apakah lebih suka anaknya berwirausaha atau mencari kerja. Hampir bisa dipastikan 99,5% menjawab ;”mencari kerja”. Mengingat bahwa keluarga berpengaruh besar dalam diri seorang  anak, maka paradigma keluarga tentang kewirausahaan ini pun cenderung sering menjadi penghalang bagi seorang  anak untuk menekuni berwirausaha.
3. Harga diri dan prestisius. Bekerja di perusahaan swasta maupun jadi PNS, masih difahami sebagai simbol keberhasilan dan bahkan sumber status sosial yang teruji di tengah masyarakat.
4. Sejarah bangsa. Sejarah menunjukkan bahwa negara kita tercinta ini pernah di jajah cukup lama. Pengalaman terjajah telah ikut membentuk mental masyarakat menjadi penakut dan cenderung memilih untuk menghamba/mengikuti ketimbang di ikuti.
5. Modal uang sebagai faktor utama. Banyak orang berpeandangan  memulai wirausaha  harus pakai modal uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Ironisnya, hal ini dijadikan sebagai penghalang utama untuk tidak memulai wirausaha. Padahal, sesungguhnya memulai wirausaha itu sesungguhnya diawali dengan ”semangat dan tekad kuat”.
6. Kebijakan perbankan yang kurang berpihak.  Hal ini bisa dilihat dari persyaratan pengajuan kredit yang mengharuskan ketersediaan collateral (jaminan). Disatu sisi, bagaimana mungkin punya collateral ketika seseorang baru akan memulai berwirausaha.
7. Spirit berjuang yang rendah. Kehidupan modern yang menawarkan berbagai kemudahan berfek negatif terhadap spirit  perjuangan yang rendah. Semua serba ada membuat segalanya mudah untuk diraih sepanjang memiliki uang. Hal ini didukung ”rasa sayang” kurang tepat dari orang tua yang sering menuruti keinginan anak, sehingga tanpa terasa telah berkontribusi pada pembentukan mental manja seorang anak. Padahal dalam dunia wirausaha, diperlukan mental baja, tidak boleh cengeng dan pantang menyerah.

D.  Indahnya Berwirusaha
Secara obyektif, ada kebaikan-kebaiakan berwirausaha yang tak ada pada profesi yang lain.  Bagi mereka yang berani memilih wirausaha sebagai profesi, mereka bisa menikmati dan enjoy dengan pilihan meraka. Hal ini bisa difahami karena dunia wirausaha punya beberapa keunggulan yang tidak tertandingi, yaitu :
1. Tak perlu membuat surat lamaran.  Anda bisa memulainya tanpa harus membuat surat lamaran kerja, kecuali meminta izin pada alam dan Tuhan. Tak ada proses seleksi sebagaimana mencari kerja, sebab yang menyeleksi anda hanya alam dan keberpihakan Tuhan.
2. Kebebasan. Sebagai wirausaha, tak ada yang bisa membatasi anda kecuali alam dengan segenap realitasnya. Anda bisa megambil keputusan sendiri tanpa harus meminta izin pada siapa-siapa. Sepanjang apa yang anda jalankan tidak berbenturan dengan aturan kehidupan bernegara dan tata kesusilaan masyarakat, maka tak ada yang bisa menghentikan langkah anda.
3. Otoritas penuh atas hasil.  Apapun yang anda hasilkan adalah menjadi hak penuh anda. Apakah anda mau menikmati semuanya, menabung sebagian atau men-sedekahkannya, semua terserah anda.  Tak ada yang bisa melarang anda untuk memanfaatkan atau menikmati hasil usaha anda. Otoritas semacam  ini tak ada pada seorang karyawan yang berpenghasilan sesuai dengan kesepakatan kontrak atau kebijakan pimpinan perusahaan.
4. Bebas waktu. Anda bisa melakukannya kapanpun dan dimanampun anda mau melakukannya.  Anda tidak terikat dengan jam dinas, karena anda lah yang menetapkan sendiri. Anda pun bebas kapan menghentikannya.
5. Anda tidak bertanggungjawab pada siapapun kecuali pada diri sendiri dan Tuhan.
6. Anda bisa berhubungan dengan siapapun, sepanjang anda bisa menciptakan agenda yang mutual (saling menguntungkan).
7. Anda bisa seketika berteman dengan kepala daerah dan bahkan presiden sekalipun ketika anda mampu meng-create agenda yang mutual bagi di fikiran mereka.

E.  Wirausaha adalah dunia ”GILA”
Dunia usaha adalah dunia gila dan penuh ketidakteraturan. Hanya orang yang bermental dan semangat baja yang survive dan berkembang. Tak peduli apa ijazah terakhir anda, tak peduli berapa IP (Indeks Prestasi) anda, sepanjang mampu memanfaatkan celah peluang maka anda akan keluar jadi pemenang.  Ingat, Keberhasilan saat ini bukan berarti akan menjamin kemenangan anda di sesi berikutnya. Dinamika dunia usaha yang begitu cepat juga menuntut anda untuk bisa menyesuaikan, kecuali kematian memang anda inginkan.  Sebagai wirausahawan, anda harus berani meyakini masa depan, menjaminkan yang tidak tetap (besarnya pendapatan/income) untuk menjawab yang tetap (biaya operasional, gaji karyawan yang pasti harus dikeluarkan). Disinilah letak ke-gila-an dunia usaha, sehingga hanya orang yang berkeyakinan dan berkeberanian tinggi yang layak masuk ke dalam gelanggang. Disamping itu, anda harus menyiapkan diri pada resiko terburuk tiap kali anda mengambil sebuah keputusan. Pilihan yang tersedia hanya ”berhasil” atau ”gagal”. Siap kah?


F.  Melatih Ketajaman Instuisi Bisnis

Melatih ketajaman instuisi bisnis tak ubahnya belajar bahasa inggris atau bahasa arab dan bahasa lainnya. Carilah kosa kata apapun yang anda lihat, anda dengar  dan yang anda rasakan. Ketika itu anda lakukan berulang-ulang sepanjag hidup anda, maka saya yakin anda akan bisa menguasai sebuah bahasa.  Demikian juga halnya wirausaha, hadirkanlah pertanyaan ”bagaimana agar bisa jadi lebih bernilai dan produktif” atas apa saja yang anda lihat, apa yang anda dengar dan apa yang anda rasakan. Kebiasaan itu sangat efektif membentuk instuisi bisnis anda.


G. Memulai Wirausaha

Seperti kebanyakan kata para wirausahawan sukses, mulailah usaha dari kata ”WHO”, bukan ”WHAT”. Artinya, sebelum anda menentukan apa yang akan upayakan, rumuskan dulu “siapa” target anda. Setelah itu, baru anda menentukan ”apa” yang akan anda jual dan ”bagaimana” cara anda menawarkannya. Sekedar menyarankan, mulailah dari yang kecil dan sederhana, jangan terlalu muluk-muluk untuk segera besar.


H. Berkawan Dengan Tuhan

Sebagai wirausahawan, anda pasti sering dihadapkan pada pilihan yang harus diambil. Terkadang tampak seperti emas, tetapi setelah didalami dan mengorbankan berbagai sumber daya, bisa saja ternyata sampah yang tidak bernilai apapun. Demikian pula sebaliknya, terkadang tampak sampah, tetapi setelah mendalami ternyata mengandung potensi emas yang tak ada habisnya. Atas dasar itulah, wirausahawan disarankan jangan terlalu yakin dengan rancang logika dan instuisi, sebab masih ada kekuasaan yang lebih tinggi yaitu, Tuhan. Libatkan Tuhan ketika anda akan mengambil keputusan.  Hal ini sebagai cara agar setiap langkah anda senantiasa dalam lingkar perlindungan dan hidayah (petunjuk) Tuhan.

I. Mahasiswa dan Peluang  Berwirausaha

Sebagaimana saya tegaskan diatas, wirausaha terbuka bagi siapapun yang berkemauan untuk menekuninya. Artinya, seorang mahasiswa bisa berwirausaha kapanpun dia mau memulainya, karena hal utama yang diperlukan hanyalah kemauan dan tekad kuat. Secara obyektif, dilihat dari realitas mayoritas mahasiwa ada 2 (dua) faktor pendukung yang memungkinkan mahasiwa memulai wirausaha, yaitu adanya waktu luang dan situasi finansial yang relatif stabil (mendapat pasokan rutin). Artinya, secara psikologis, mahasiswa tidak sedang dalam tekanan sebuah keadaan yang memaksa harus menghasilkan secara nyata , sehingga bisa menjalani proses belajar berwirusaha dalam keadaan yang lebih enjoy. Artinya, proses belajar wirausaha yang dilakukan bisa difahami sebagai investasi sumber daya manusia yang akan efektif berproduksi pada saat sudah jadi sarjana. Pada proses investasi sumber daya manusia di bidang wirausaha ini, mahasiswa bisa belajar apa saja tentang usaha, baik lewat cara banyak bertanya, magang dengan pengusaha, melakukan sendiri secara kecil-kecilan dan lain sebagainya. Akumulasi pengalaman itu yang kemudian akan menjadi pengalaman yang luar biasa dan membentuk mental kewirausahaan.
Hal ini sangat berbeda ketika anda melakukannya setelah jadi sarjana, dimana keadaan memaksa anda untuk melakukan sesuatu dan tak ada peluang melakukan trial n error (uji coba). Akankah anda memulainya?


J. Tawaran Pembacaan Yang Menginspirasi dan Menjaga Semangat

Mengingat bahwa wirausaha adalah permasalahan ”semangat”, berikut ini saya memaparkan beberapa kalimat (yang saya peroleh dari berbagai sumber,teman,sahabat maupun diinspirasi oleh kadaan) yang mungkin bisa menyemangati anda ketika bergelut dengan dunia wirausaha;
1. Setiap manusia terlahir dengan hak atas rezekinya.
2. Tuhan maha penyayang dan pemberi rezeki bagi mereka yang sungguh-sungguh dalam berusaha.
3. Sesuatu yang besar biasanya berawal dari yang kecil.
4. Bangun dan jagalah niat anda menekuni wirausaha  sebagai media membangun kehidupan bagi banyak orang, maka otomatis kehidupan anda akan terbentuk lewat do’a dan saya dukung dari  mereka yang menggantungkan hidupnya pada usaha anda.
5. Tak ada pelaut yang tangguh dari air yang tenang.
6. Banyak orang punya ide tak punya uang, sebaliknya banyak orang punya uang tak punya ide.  Dengan demikian, sinergitas mutual akan membuat semua bahagia.
7. Tuhan melipatgandakan hasil bagi mereka yang di inginkan NYA.
8. Hari ini memang rugi, mungkin Tuhan akan memberi esok hari.
9. Setiap niat baik pasti akan menemukan jalannya.
10. Keberhasilan hanya dititipkan Tuhan pada niat tulus  dan bijak yang terpelihara.
11. Strategi menumbuhkembangkan bisnis adalah ketika Laba difahami sebagai pesan Tuhan untuk berbagi.
12. Semakin banyak orang yang bergantung  hidup kepadamu, semakin besar peluangmu mendapatkan rezeki.
13. Salah satu bukti keberhasilan seorang wirausahawan dilihat dari seberapa banyak orang yang betah mengikutinya.
14. Kegagalan hanya datang ketika anda menetapkan untuk tidak berusaha lagi.
15. Kematian hanya datang bila Tuhan telah mencabut hak untuk bernafas.


K. Penutup
Demikian beberapa pemikiran sederhana saya tentang wirausaha. Semoga bisa menjadi stimulan bagi lahirnya semangat untuk menjeburkan diri dalam dunia wirausaha. Satu hal yang saya pesankan, setiap orang adalah unik dan mempunyai potensi, jadilah diri anda sendiri ketika memulai dan menekuni dunia usaha. Semoga kita semua senantiasa dikaruniai kesuksesan lewat kesungguhan kita berusaha, sehingga banyak orang  yang mendapat manfaat dari karya-karya kita. Amin. Selamat berkontemplasi dan memulai wirausaha. []

Pengusaha Menjadi Jalan Jihad


Menjadi pengusaha sangat mulia. Mengapa? Karena dengan  menjadi pengusaha, banyak orang bisa tertolong hidupnya. Pengusaha tidak hanya berkait dengan profit oriented semata. Tetapi lebih jauh kita diberikan kepercayaan untuk membahagiakan banyak orang. Pengusaha yang sukses adalah pengusaha yang tidak hanya banyak uangnya, tetapi banyak karyawannya dan bermanfaat terhadap naiknya derajat hidup banyak orang. Pemahaman ini demikian sangat diperlukan karena biasanya orang memutuskan menjadi pengusaha hanya untuk sekedar uang.
Lengkapnya pemahaman terhadap fungsi sosial bisnis bisa memberikan gambaran kepada kita bahwa pilihan berjuang ada pada pilihan karir sebagai pengusaha. Perjuangan meningkatkan derajat hidup keluarga dan karyawan bisa semakin besar jika perusahaan telah berkembang semakin besar. Dan akhirnya perusahaan yang dibangun telah berkontribusi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Falsafah atau philosphy hidup didefinisikan sebagai nilai-nilai yang dijunjung tinggi sebagai sarana pemecahan masalah dan pencapaian tujuan. Dalam perusahaan hal ini disebut dengan kredo, nilai-nilai falsafah ini menjadi hati atau jantung tingkah laku dan sikap dalam menyikapi hidup. Seperti perusahaan Gobel yang mengusung falsafah pohon pisang.  Alasan pemilihan pohon pisang sebagai falsafah perusahaan antara lain :
1.      Sebelum pohon pisang berbuah, walaupun pohon pisang ditebang tetapi masih akan tumbuh batangnya, tetapi jika sudah berbuah barulah pohon akan mati.
2.      Sebelum pohon pisang mati, pasti akan membentuk tunas baru untuk menggantikan tugasnya.
3.      Pohon pisang membentuk kelompok dan tidak menyendiri, hal ini mencerminkan kebersamaan.
4.      Pohon pisang bermanfaat seluruhnya, daun untuk bungkus, buahnya dapat dimakan, batangnya untuk kerajinan dan tali-temali, jantungnya bisa dimakan dan akarnya bermanfaat untuk kerajinan.
Kita sebagai insan mandiri, sudah selayaknya memiliki falsafah hidup yang jelas. Falsafah hidup kita merupakan prinsip hidup dan motto hidup kita, bisa saja kita menjadikan lebah sebagai falsafah hidup. Lebah adalah binatang yang mengeluarkan madu, sutau benda yang bisa menjadi obat bagi penyakit apa saja. Lebah juga memiliki falsafah tidak menyerang terlebih dahulu, tetapi jika diganggu maka akan menunjukkan harga dirinya dan kekuatannya.
Sebagai penguat langkah menuju sukses, perjalanan pengusaha harus dibentuk dari dalam dengan mengusung nilai. Nilai yang terpuji yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh akan mampu memberikan sokongan kuat pada setiap langkah. Nilai-nilai atau falsafah kehidupan seringkali diilhami oleh nilai religi yang dianut oleh seseorang. Religiusitas mengajarkan betapa pentingnya perjuangan untuk bermanfaat pada kebaikan dan bermanfaat pada sesame, oleh karenanya pegangan dalam menjalani karier sebagai pengusaha salah satunya adalah menjadikan karier pengusaha sebagai sarana jihad/perjuangan.
Keprihatinan mendalam sering saya alami begitu mendengar bahwa jihad selalu dipersepsikan “berperang”. Istilah berperang ini sesungguhnya tepat jika peperangan dilakukan untuk melawan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Sungguh tepat kiranya menjadikan profesi pengusaha sebagai sarana jihad untuk melawan kemiskinan, baik kemiskinan keluarga maupun kemiskinan masyarakat dan bangsa ini. Istilah jihad juga tepat dipakai sebagai sarana untuk membangun masyarakat madani yang mandiri dan cerdas serta makmur  berkeadilan. Perjuangan-perjuangan ini bisa dicapai dengan jalan jihad melalui profesi menjadi pengusaha yang memiliki tugas membangun ekonomi keluarga dan masyarakat.


Salah satu alasan dipilihnya karier pengusaha adalah merupakan jalan jihad/perjuangan untuk membantu meningkatkan kesejehteraan keluarga, masyarakat dan bangsa ini. Oleh karenanya pilihan menjadi pengusaha adalah pilihan yang selaras dengan perintah untuk bermanfaat bagi sesame.





Mental Pengusaha


Datang paling pagi, pulang paling sore dan siap membantu siapa saja. Sikap mental inlah yang menarik dan menjadi pembelajaran bagi mahasiswa salah satu sekolah bisnis di Depok dan Jakarta dalam membina jiwa entrepreneurship mahasiswanya. Datang paling pagi dan pulang paling sore memberikan arti antara lain :
1.      Pengusaha harus disiplin terhadap aktifitas yang telah direncanakan dan tujuan yang telah ditetapkan.
2.      Pengusaha harus menyediakan waktu lebih awal dibandingkan dengan karyawannya.
3.      Pengusaha harus mempersiapkan pekerjaan dengan baik.
4.      Pengusaha harus mengawali pekerjaan dengan penuh semangat dan antusias.
5.      Pengusaha harus menjadi contoh bagi karyawannya.
Sedangkan makna, siap membantu siapa saja artinya seorang pengusaha harus mampu berkomunikasi dengan siapa saja, bermanfaat bagi siapa saja dan tidak membeda-bedakan dengan siapa berhubungan. Pengusaha harus memiliki kesadaran untuk semakin banyak melayani, karena semakin banyak melayani berarti semakin banyak barang terjual, semakin banyak jasa terjual dan semakin banyak orang atau calon konsumen memberikan apresiasi terhadap usaha kita.
Sikap-sikap mental positif harus dikembangkan oleh pengusaha untuk menjadi sukses, beberapa sikap mental yang harus dikembangkan antara lain :
1.      Bersyukurlah agar kesuksesan senantiasa diberikan oleh Sang Penguasa Langit, karena dengan bersyukur tercipta suasana jernih dan keikhlasan.
2.      Bersabarlah atas adanya ujian dan cobaan, karena ujian dan cobaan akan menaikkan tingkat atau kelas kita.
3.      Beranilah memikul tanggung jawab, karena dengan tanggung jawab lebih besar kita jadi tahu seberapa besar kekuatan kita.
4.      Kepastian bahwa tidak lama setelah muncul kesulitan akan ada kemudahan, jangan berhenti dan terus berupaya.
5.      Ketekunanlah yang akan mengantarkan pengusaha menjadi sukses dan bukanlah kepintaran semata.
6.      Berikan kepada sesama kebutuhan mereka, karena mereka yang kita beri bisa jadi memberikan lebih banyak kepada kita.
7.      Beranilah memulai, walaupun biasanya memulai membutuhkan keberanian sangat tinggi,berilah tindakan mulai dari sekarang dan saat ini juga.
8.      Buatlah perubahan atas kinerja yang mapan yang tidak membesarkan perusahaan anda, walaupun perubahan itu sangat sulit untuk dilakukan.
9.      Ciptakan suasana sukses setiap saat, jangan letakkan kegembiraan anda pada sesuatu yang sulit dicapai, nikmati kegembiraan anda saat ini juga.      
Pertemuan dengan rekan-rekan pengusaha hampir setiap hari terjadi, dari banyak pengusaha yang ditemui, terdapat kesamaan sifat di antara mereka yang meraih sukses dan juga terdapat sifat dari mereka yang kurang sukses. Kita akan bicara kharakter khusus pengusaha sukses. Pengusaha sukses memiliki ciri – ciri yang tidak jauh berbeda di antara mereka.
Saya mencatat dari mereka yang sukses paling tidak memiliki nilai-nilai positif antara lain :
1.      Memiliki Visi dan Misi Jelas.
Visi dan misi yang jelas menjadikan pengusaha terfokus pada pekerjaannya, sehingga langkahnya tersusun secara sistematis berdasarkan strategi yang telah disusun terlebih dahulu melalui feasibility study yang layak dan Business Plan yang telah disepakati. Seorang pengusaha yang demikian memerlukan proses adaptasi terhadap semua perubahan atas lingkungannya dengan cepat.
2.      Kepercayaan Diri Kuat.
Pengusaha sukses tidak terlepas dari tingkat keyakinan yang tinggi terhadap dirinya sendiri, pengusaha yang demikian memiliki prinsip bahwa setiap orang akan terfokus pada kepentingannya sendiri. Prinsip ini memberikan inspirasi bahwa yang sanggup menolong dirinya sendiri bukanlah orang lain. Kepercayaan diri yang kuat memiliki dimensi atas keyakinan yang besar terhadap kemampuan dirinya serta keyakinan yang besar bahwa setiap usaha yang dia jalankan akan dibalas oleh Tuhan Semesta Alam akan keberhasilannya. Kepercayaan diri juga memiliki dimenasi kuat terhadap kemandirian serta optimisme.
3.      Orientasi Hasil.
Dalam bekerja pengusaha sukses memiliki orientasi terhadap hasil yang jelas, sehingga dia menetapkan target laba, target pekerjaan dan dia juga memiliki semangat untuk diakui dan tidak ingin gagal. Seorang pengusaha sukses memiliki kebutuhan terhadap prestasi yang tinggi, dan ini merupakan dorongan yang sangat kuat terhadap tekadnya untuk bekerja keras, semakin energik dan penuh inisiatif dan sangat antusias terhadap hal baru.
4.      Pengambilan Resiko.
Pengusaha sukses bukan penjudi sukses. Pengambilan resiko diambil dengan takaran yang bisa dilalui dan demikian juga dengan tantangan yang diambil adalah tantangan yang sudah direncanakan. Seorang pengusaha sukses memiliki ukuran yang lebih besar dalam pengambilan resiko, artinya bisa saja seorang pengusaha tidak berani mengambil kesempatan bisnis di depan mata, tetapi pengusaha sukses akan dengan sigap dan tangkas dalam menangkap peluang yang sama.
5.      Mindset Positif.
Pengusaha sukses selalu memiliki mindset positif, dia tidak pernah mengatakan saya akan gagal, tetapi saya akan coba laksanakan, saya akan perbaiki strateginya, saya akan berhasil. Dia akan banyak belajar dari setiap kesalahan yang terjadi dan memperbaikinya. Dia juga tidak pernah secara sengaja melakukan pelanggaran terhadap norma yang berlaku. Kinerjanya positif dan hasilnya positif. Kegagalan baginya adalah buah dari kesalahannya sendiri,  sehingga dia bisa belajar dari kesalahan itu dan memperbaikinya dengan cepat untuk berhasil. Salah satu prinsip yang dipegang adalah belajar lebih cepat daripada menunda untuk berhasil.
6.      Originalitas.
Pengusaha sukses mampu melihat sesuatu yang harus diadakan sehingga menuntut dirinya lebih kreatif dan inovatif. Dia akan berusaha mencipta sesuatu yang baru dan dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk itu dibutuhkan lebih banyak kesempatan yang dia ciptakan untuk lebih banyak belajar (riset) untuk menemukan produk baru atau memperbaharui produk yang sudah ada.
7.      Nilai Spiritualitas.
Sebagian besar pengusaha sukses memiliki nilai spiritualitas yang tinggi. Nilai spiritualitas ini berkaitan dengan kepercayaan pada Sang Pencipta Langit dan Bumi. Pengusaha sukses memiliki pemahaman terhadap rasa syukur dan mengimplementasikannya dalam kehidupan seharĂ­-hari.